Advertisement

SAINS ISLAM : Perspektif Pemikiran Agus Purwanto dalam Buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta

 SAINS ISLAM : Perspektif Pemikiran Agus Purwanto dalam Buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta

Oleh:
Dr. Mohamad Yasin Yusuf, M.Pd.I
Guru PAI-BP SMAN 1 Pakel

ABSTRACT: This study is a study of thought associated with Agus Purwanto’s thought in the book by the tittle Ayat-Ayat Semesta and Nalar Ayat-Ayat Semesta. According to Agus Purwanto thought in his book, he divides the relationship between Islam and science within 3 (three) kinds of models, namely: the Islamization of Science, Islamic of Scientification and Islamic Science. Islamization of Science is the model that made the discovery that the majority of modern science in the West, can be in accordance with the teachings of Islam. Islamic of Scientification is trying to find the basics of science to the teachings of Islam. While the Islamic Science seeks to make the Qur'an and as-Sunna as a base construction science. Of the three kinds of models, Agus Purwanto choose three clusters, namely the Islamic Science. Islamic Science is a science-based construction revelation. In this case, Agus Purwanto offer kauniyah 800 verses in the Qur'an to do the analysis of the text, which is then followed by observation and experimentation natural phenomena directly by using the scientific method.

Kajian ini adalah studi pemikiran tokoh terkait dengan pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta. Agus Purwanto dalam kedua bukunya membagi hubungan Islam dan sains dalam 3 (tiga) macam model, yaitu: Islamisasi Sains, Saintifikasi Islam dan Sains Islam. Islamisasi Sains adalah model yang menjadikan penemuan sains modern yang mayoritas terjadi di Barat, dapat sesuai dengan ajaran Islam. Saintifikasi Islam adalah berusaha mencari dasar-dasar sains pada ajaran-ajaran Islam. Sedangkan Sains Islam berusaha menjadikan al-Qur’an dan as-Sunah sebagai basis konstruksi ilmu pengetahuan. Dari tiga macam model tersebut, Agus Purwanto memilih kluster yang ketiga, yaitu Sains Islam. Sains Islam adalah konstruksi sains yang berbasis wahyu. Dalam hal ini, Agus Purwanto menawarkan 800 ayat-ayat kauniyah dalam al-Qur’an untuk dapat dilakukan analisis teks, yang kemudian dilanjutkan dengan observasi dan eksperimentasi fenomena alam secara langsung dengan menggunakan metode ilmiah.

Keywords: Sains Islam, Pemikiran Agus Purwanto, Buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta.

2

Pendahuluan

Islam adalah agama yang diturunkan sebagai “rahmatan lil ‘a>lami>n” atau rahmat bagi seluruh alam, baik untuk manusia maupun elemen alam yang selain manusia. Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu dan juga memberikan spirit yang tinggi untuk mencari ilmu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teks al-Qur’an maupun al-Hadits yang menerangkan tentang keutamaan dan perintah dalam menuntut ilmu. Lebih-lebih turunya ayat yang pertama iqra> merupakan tanda dari perintah untuk “membaca”, dalam artian perintah untuk menambah dan memiliki ilmu dengan jalan membaca, menela’ah, mengkaji, melakukan observasi, serta mengamalkan apa yang dihasilkannya tersebut. Oleh karena itu, setelah Rasulullah SAW wafat ilmu yang berkembang dalam Islam tidak semakin surut, akan tetapi semakin mengalami perkembangan yang pesat.

Seiring persentuhan dunia Islam dengan kebudayaan lain, misalnya kebudayaan Yunani, Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia),2 maka keilmuan dalam Islam juga semakin mengalami perkembangan. Pada akhirnya pendidikan di dunia Islam yang sebelumnya hanya mengajarkan pengetahuan agama, mulai mengajarkan ilmu umum, seperti: matematika, filsafat, dan kedokteran. Maka tidaklah mengherankan apabila pada era klasik tersebut, bermunculan beberapa intelektual Muslim klasik yang selain menguasai ilmu agama juga menguasai ilmu umum, misalnya al-Kindi, Jabir ibn Ḥayya>n (Geber), al-Biru>ni> (973-1050 M), al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sina atau Avicenna (w. 1037 M), al-Idri>s (1100-1166), Ibn Bajah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M), dan masih banyak tokoh lainnya yang masih belum disebutkan.

Namun sayangnya, hubungan baik antara ilmu pengetahuan dan agama yang terjadi di dunia Islam mulai abad 13 M semakin mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya adalah disintegrasi wilayah kekuasaan Islam dan munculnya pengharaman terhadap filsafat. Akhirnya, ilmu dalam Islam hanya berkutat pada kajian agama, seperti aqidah, tasawuf, dan fiqih, sedangkan kajian terkait ilmu kealaman dan sosial kemanusiaan ditinggalkan. Ketika ilmu dalam Islam mengalami kemunduran, di lain pihak renaissance mulai muncul di Barat, maka dengan mudah barat menjajah negara-negara Muslim.3 Dampaknya adalah ilmu pengetahuan dalam Islam menjadi dikotomis, ilmu pengetahuan semakin jauh dari agama, secara epistemologis keberadaan agama juga tidak dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan yang dapat diterima, serta terjadinya dominasi ilmu modern Barat terhadap dunia Islam.

Dari problematika tersebut, maka bermunculan intelektual Muslim kontemporer yang merasa “gelisah” dan berusaha mencarikan jawaban atas problematika ilmu pengetahuan dalam Islam tersebut.4 Salah satunya, muncul pendatang baru dalam wacana integrasi Islam dan sains, yaitu Agus Purwanto, seorang Doktor lulusan fisika Universitas Hiroshima Jepang yang mengajar di jurusan fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Terkait dengan interaksi Islam dan sains, Agus Purwanto juga terpanggil ikut menyumbangkan pemikirannya dalam upaya menjawab problematika sains positivistik dan menawarkan model pembelajaran sains yang terintegrasi dengan ajaran agama.5 Pemikiran Agus Purwanto tersebut terdapat dalam bukunya, yaitu Ayat-Ayat Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan dan buku Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan al-Qur’an sebagai Basis Ilmu Pengetahuan. Dalam kedua bukunya tersebut Agus Purwanto menawarkan 800 ayat-ayat kauniyah dalam al-Qur’an untuk di teliti lebih lanjut dalam penelitian ilmiah.

Pemikiran Agus Purwanto tentang hubungan Islam dan sains dalam kedua bukunya disebutkan memiliki tiga macam model, yaitu pertama: “Islamisasi Sains”, yaitu pembeberan ayat-ayat untuk memberikan dasar Islami pada temuan-temuan sains modern.7 Kedua: “Saintifikasi Islam”, yaitu berusaha menjelaskan ajaran Islam dengan terminologi sains.8 Ketiga: “Sains Islam”, di mana sains dikonstruksi berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah.9 Model ketiga, yaitu Sains Islam inilah yang Agus Purwanto pilih sebagai dasar pengembangan pemikirannya, karena model Sains Islam dianggap lebih produktif dalam pengembangan sains ke depan.

Dari latar belakang tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pemikiran Agus Purwanto, yang terdapat dalam kedua bukunya terkait dengan gagasan Sains Islam. Kajian ini merupakan studi pemikiran tokoh10 melalui kajian document studies terhadap pemikiran Agus Purwanto dalam buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta, yang dilakukan dengan cara membaca, menela’ah, mengkaji, menganalisis, menafsirkan data,11 dan didukung studi subjek penelitian, berupa penjelasan langsung dari Agus Purwanto, melalui teknik wawancara dan observasi atas kegiatan Agus Purwanto. Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif,12 yang dilakukan secara filosofis,13 dengan menggunakan metode analisis deskriptif.14 Melalui metodologi tersebut, maka akan dapat menemukan model Sains Islam dalam perspektif Agus Purwanto yang terdapat dalam kedua bukunya.

Pembahasan tentang profil Agus Purwanto selengkapnya dapat anda baca pada file berikut ini :



Anda juga dapat mengunduh file tersebut di sini.

Selamat membaca semoga bermanfaat dan menginspirasi kawan guru hebat!


Penulis :



Posting Komentar

0 Komentar